Senin, 09 Oktober 2017

Saya, Keluarga, dan Indonesia

                Saya, anak kedua dari tiga bersaudara. Anak yang memiliki hobi yang beragam. Mempunyai kakak laki-laki dan adik perempuan, mungkin bisa dibilang lengkap hidup saya, memiliki kakak sebagai acuan dan memiliki adik sebagai orang yang harus dijaga. Namun terlepas dari itu, saya memiliki kewajiban yang implisit, membanggakan orangtua dan keluarga. Dalam keseharian, sewaktu SMA, saya terbiasa untuk mengantar ibu dan adik semenjak bapak pindah tugas ke Jakarta. Dari perjalanan hidup sampai saat ini, menciptakan motivasi untuk terus mengejar suatu cita-cita yang muncul karena perjalanan itu sendiri.
                Bagi keluarga, tentunya seorang anak yang memang mengenalkan arti dari menghargai dan berterima kasih akan tahu apa yang harus dilakukan nanti. Orangtua yang telah bersusah payah membesarkan kita, selayaknya mendapatkan timbal balik, walaupun tidak diminta. Orangtua yang memiliki latar belakang pendidikan baik, menjadikan mereka pun mendidik anak-anaknya dengan baik. Mereka tahu kapan harus tegas dan tenang, dalam mendidik. Pendidikan tidak selalu tentang formal, nonformal dan informal tentunya saya dapatkan. Pendidikan secara menyeluruh yang diterima baik, itu berarti kewajiban saya untuk menunjukkan output pribadi yang baik. Menjadi “orang”, memiliki derajat kemanusiaan tinggi. Menjalani pendidikan formal menjadi salah satu hal wajib untuk menciptakan output pribadi itu sendiri, walaupun tidak menjamin. Pendidikan nonformal dan informal baik harus diciptakan pada lingkungan baik pula, walaupun perspektif baik itu dapat berbeda, tapi setidaknya kita memiliki norma dan agama sebagai standar baik itu.
                Bagi keluarga, saya harus menjadi “orang”, memiliki derajat kemanusiaan tinggi. Harus benar menjalani pendidikan formal, nonformal, dan informal. Bersekolah setinggi mungkin, mencari ilmu yang tidak diajarkan di pendidikan formal, bergaul dan berperilaku dengan baik. Dengan tercapainya itu semua, tentunya akan memberikan timbal balik yang baik. Membanggakan orangtua dan keluarga. Tinggi dalam intelektual, emosional, dan spiritual. Salah satu pendidikan formal yang tentunya akan menunjang 3 aspek itu, yaitu bangku perkuliahan. Saya harus serius dalam berkuliah. Kuliah tidak hanya belajar di kelas perkuliahan, namun lebih luas dari itu. Banyak softskill yang bisa didapatkan di kampus, oleh karena itu saya harus aktif di aktifitas kampus. Walaupun terkadang organisasi dapat menggangu waktu bersama, namun orangtua mengerti bahwa itu baik bagi anaknya. Karena saya yakin, pelajaran yang saya dapatkan tidak ada ruginya, ini akan bermanfaat bagi kehidupan mendatang.
                Menjadi Engineer, saya tempuh dengan memasuki program studi Teknik Elektro. Saya menyukai eksakta, perhitungan, logika, dan sebagainya. Melalui Teknik Elektro, saya memiliki bayangan awal ingin berkonsentrasi pada pengembangan energi, yang tentunya murah dan ramah. Disamping itu saya pun tertarik dengan sebuah tulisan tentang energi gratis dan wardenclyffe tower dari seorang ilmuwan, Tesla. Hal itu yang mendorong saya untuk semangat mengeksplorasi dunia Teknik, khususnya elektro. Diikuti dengan kesadaran kita akan kemajuan jaman serba otomatis dan canggih, yang biasa disebut milenial, yang tentunya tidak terlepas dari elektro. Itu kontribusi yang saya harap bisa diberikan untuk Indonesia. Walaupun bisa jadi, kenyataan yang saya terima seperti apa yang terjadi pada tokoh panutan saya, Habibie, yang kurang dihargai di negeri sendiri. Saya tidak ingin menjadi kuli di negara sendiri.
                Menjadi Dosen. Hal itu terbesit ketika bapak saya bilang bahwa saya pantas jika nanti menjadi peneliti, lebih baik lagi jika dicapai dengan jalan menjadi dosen. Itulah yang menjadi alasan saya mengapa saya berkeinginan pula menjadi dosen. Saya memang tertarik untuk menjadi peneliti dan engineer, namun dengan jalan menjadi dosen terpikirkan karena perkataan bapak saya. Dengan menjadi dosen, saya bisa menjadi peneliti di Laboratorium, bisa menjadi engineer pula, dan bisa mengabdi kepada negara melalui pendidikan. Kontribusi lengkap saya pikir dapat dicapai salah satunya dengan menjadi dosen.

                Dengan itu, kewajiban saya sekarang adalah serius dalam mengasah hardskill dan softskill di kampus. Sekalipun itu harus dilalui dengan jalan yang tidak mudah. Itu semua, demi saya, keluarga, dan Indonesia.
Next
This is the most recent post.
Previous
Posting Lama

0 komentar:

Posting Komentar